Bermain bersama Ayah, Anak Lebih Cerdas Bahasa: Bukti Riset Neurosains
- freepik.com
Parenting – Di balik setiap anak yang tumbuh percaya diri dan bahagia, ada figur ayah yang hadir di rumah, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional. Peran ayah bukan sekadar pencari nafkah, melainkan pendamping yang memberikan rasa aman, teladan, dan stimulasi penting bagi perkembangan anak. Ayah adalah salah satu “guru bahasa” paling penting bagi anak.
Bayangkan seorang ayah pulang kerja, masih mengenakan kemeja, ia duduk di lantai bersama si kecil, membangun balok berwarna-warni. “Ini warna merah, ini biru, ayo kita buat menara yang tinggi,” kata sang ayah. Si kecil tertawa, meniru kata-kata ayahnya. Di balik momen sederhana itu, sebenarnya sedang terjadi sesuatu yang luar biasa yaitu otak bahasa anak sedang berkembang pesat.
Sayangnya zaman ini, banyak anak tumbuh tanpa keterlibatan ayah yang aktif. Padahal, kehadiran dan interaksi ayah sangat berperan dalam memperkaya stimulasi bahasa dan meningkatkan rasa percaya diri anak.
Peran Ayah dalam Stimulasi Bahasa Anak
Anak-anak belajar bahasa melalui interaksi sehari-hari, bukan hanya lewat buku. Menurut penelitian Provenzi et al. (2021) dalam “The Paternal Brain in Action: A Review of Human Fathers”, keterlibatan ayah yang aktif saat bermain mampu mengaktifkan jaringan otak yang berhubungan dengan mentalisasi (memahami pikiran orang lain) dan regulasi emosi. Efeknya bukan hanya bonding yang lebih kuat, tetapi juga stimulasi bahasa yang lebih beragam.
Bukti Neurosains tentang Interaksi Ayah dan Anak
Studi MRI pada anak menemukan bahwa semakin banyak interaksi bahasa dengan orang tua, semakin kuat konektivitas saraf pada area bahasa anak (Romeo et al., 2018, Psychological Science). Setiap percakapan kecil saat bermain sebenarnya sedang menyambungkan “kabel otak” baru pada anak.
Perbedaan Stimulasi Bahasa dari Ayah dan Ibu
Menurut Dr. Michael Yogman, dokter anak sekaligus peneliti perkembangan anak di Harvard Medical School, ayah dan ibu cenderung memberi stimulasi yang berbeda yakni Ibu lebih banyak memberi stimulasi bahasa penuh kelembutan dan kasih sayang. Sedangkan ayah lebih sering menstimulasi lewat permainan fisik, eksplorasi, dan spontanitas. Perbedaan inilah yang saling melengkapi dan membuat perkembangan bahasa anak lebih kaya, fleksibel, dan adaptif.
Mengapa Ayah yang Bermain Membuat Anak Lebih Percaya Diri
Keterlibatan ayah dalam bermain juga membangun rasa percaya diri anak. Anak menjadi lebih berani mengungkapkan pendapat, lebih siap berinteraksi dengan teman sebaya, dan memiliki kosakata yang lebih luas dibanding anak yang jarang mendapat stimulasi dari ayah.
Kehadiran ayah juga penting dalam pembentukan identitas diri anak. Bagi anak laki-laki, ayah menjadi contoh peran maskulin yang sehat. Bagi anak perempuan, ayah menjadi figur pertama yang memberi pengalaman dihargai dan disayangi tanpa syarat. Dua hal ini membentuk cara anak memandang diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain kelak.
Maka, penting bagi para ayah untuk meluangkan waktu berkualitas di rumah seperti bermain, membaca bersama, mendengarkan cerita anak, hingga sekadar menemani waktu belajar. Kehadiran ayah adalah investasi jangka panjang yang tak tergantikan, membentuk dasar emosi dan kepribadian anak hingga dewasa kelak.