Jangan Biarkan Remaja Berjuang Sendiri! Keluarga dan Sekolah Kunci Pencegahan Gangguan Mental

Ilustrasi remaja
Sumber :
  • Pixabay/ Ana Karach

Parenting – Masa remaja adalah masa yang penting dalam pembentukan generasi akan datang yang sehat, tangguh, dan produktif. Untuk mewujudkannya, menjaga kesehatan fisik saja tidak cukup. Kesehatan mental remaja juga memainkan peranan penting dalam menentukan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka. 

Namun demikian, gangguan mental kerap kali dirasakan remaja selama masa pertumbuhannya. Gangguan kecemasan, emosi, dan masalah perilaku, merupakan jenis gangguan mental yang umumnya sering terjadi.

 

Untuk mengatasi masalah kesehatan mental remaja diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Peran keluarga dan peran sekolah misalnya yang mampu membangun kembali rasa percaya diri remaja.

 

Anggota Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Braghmandita Widya Indraswari dalam seminar media bertajuk “Kesehatan Mental Remaja” mengatakan, peran keluarga sangat penting dalam memulihkan gangguan mental remaja, karena mampu menciptakan lingkungan emosional dan komunikasi terbuka.

 

"Interaksi rutin dan komunikasi yang intens dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mempererat ikatan emosional. Keluarga harus menyediakan ruang aman untuk mengekspresikan perasaan, kemudian berperan penting dalam mencegah dan mengatasi gangguan mental," ujarnya secara daring, Selasa (19/08/25)

 

Kemudian, lanjutnya, keluarga dapat mengenali tanda-tanda awal. Orang tua perlu memperhatikan dan mengenali perubahan perilaku seperti menarik diri, mood yang labil, atau 'konsentrasi menurun, dan segera merespons dengan dukungan emosional atau mengajak remaja mencari bantuan profesional.

 

"Bisa juga dengan memberikan dukungan aktif dan menghindari stigma. Seperti, rasa dihargai, motivasi, dan apresiasi sangat membantu remaja dalam mengatasi tekanan. Hindari solusi fiktif atau stigma negatif dan penting bagi keluarga untuk memilik pemahaman yang tepat tentang kesehatan mental serta kesiapan untuk mencari bantuan ketika diperlukan," paparnya.

 

Sementara itu, lanjut Braghmandita yang juga merupakan seorang Dokter Anak – Ahli Tumbuh Kembang Pediatri Sosial di Rumah Sakit (RS) JIH Yogyakarta, peran sekolah dapat turut mengendalikan gangguan mental pada remaja. Lingkungan yang aman dan inklusif misalnya.

 

"Sekolah perlu menciptakan atmosfer yang bebas dari bullying, diskriminasi, dan tekanar berlebihan. Dengan meningkatkan kepercayaan diri siswa, membantu dalam regulasi emosi dan mendorong rasa aman untuk berkembang," ungkapnya.

 

Kemudian, memberikan pembelajaran sosial-emosional, dengan tujuan memperkuat pemahaman diri, empati, regulasi emosi, dan keterampilan interaksi. Outputnya adalah membantu siswa mengatasi tantangan psikologis.

 

"Lalu deteksi dan intervensi dini. Guru sebagai 'pengamat pertama' dapat mendeteksi perubahan perilaku siswa. Kolaborasi antar guru, konselor, dan orang tua akan memudahkan rujukan ke profesional seperti psikolog atau tenaga kesehatan," katanya.

 

Kesimpulannya adalah, remaja merupakan kelompok rentan. Kesehatan mental remaja merupakan fondasi utama generasi sehat dan produktif suatu bangsa sehingga diperlukan dukungan dari individu, keluarga, sekolah dan masyarakat.

 

"Investasi kesehatan mental merupakan investasi masa depan bangsa. Jadi mari sama-sama aware pada kesehatan mental remaja untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang tangguh, produktif dan mandiri," pungkasnya.