Menikah Itu Seni: Lebih dari Komunikasi, Ini Kunci Harmonisnya
- freepik.com
Parenting – Banyak pasangan yang mengira setelah menikah yang terpenting hanyalah komunikasi. Moms dan Dads mungkin berpikir, asal sering bicara dan komunikasi di rumah semua masalah selesai. Padahal, kenyataannya lebih dalam daripada itu yakni nada bicara dan cara menanggapi pasangan dengan hati justru jauh lebih menentukan kualitas hubungan.
Dalam pernikahan, yang sering disalahpahami bukan hanya soal materi atau waktu bersama, tetapi juga seni memahami dan memaklumi pasangan. Menikah bukan sekadar kontrak emosional dan cara resmi untuk berkembang biak. Padahal, menikah jauh lebih dalam dari itu. Menikah adalah keputusan sadar untuk bertumbuh bersama, membangun rumah bukan hanya secara fisik tetapi juga secara jiwa.
Nada Bicara Lebih Penting daripada Kata-kata
Menurut Dr. John Gottman, psikolog pernikahan terkemuka dan pendiri The Gottman Institute, 80% konflik rumah tangga dapat diprediksi dari nada bicara dan cara menanggapi pasangan. Nada bicara yang lembut dan penuh hormat akan membuat pasangan merasa dihargai, sedangkan nada yang tinggi, sarkastik, atau dingin justru memperbesar jarak emosional. Kuncinya adalah berbicara dengan tenang, mendengarkan tanpa menyela, dan menanggapi dengan empati.
Waktu Bersama Lebih Berharga daripada Materi
Banyak pasangan mengira materi adalah segalanya. Padahal, menurut American Psychological Association (APA), waktu berkualitas bersama pasangan seperti makan malam tanpa gadget, jalan sore, atau sekadar mengobrol di rumah itu lebih berdampak pada kepuasan pernikahan dibanding hadiah mahal. Waktu bersama adalah investasi emosional yang memperkuat kelekatan, rasa aman, dan kebersamaan.
Memaklumi Lebih Penting daripada Mengerti
Mengerti pasangan memang penting, tetapi memaklumi jauh lebih penting. Dr. Terri Orbuch, psikolog pernikahan dan penulis The Marriage Turnaround, menyebutkan bahwa pasangan yang mampu “memaklumi” satu sama lain lebih tahan terhadap konflik jangka panjang. Memaklumi berarti menerima pasangan apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bukan menuntut kesempurnaan.
Menikah adalah Seni
- Seni memaklumi: Menerima bahwa pasangan tidak selalu sesuai ekspektasi.
- Seni memaafkan: Melepaskan dendam kecil yang muncul di keseharian.
- Seni menghargai: Mengucapkan terima kasih pada hal-hal kecil yang sering terlupakan.
Ketiga seni ini menjadi fondasi agar komunikasi, rasa saling percaya, dan kedekatan emosional tetap terjaga.
Menikah bukan hanya tentang komunikasi, materi, atau sekadar mengerti pasangan. Lebih dari itu, menikah adalah ruang untuk menumbuhkan kematangan pribadi. Di dalamnya moms and dads belajar bahwa cinta bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan sehari-hari seperti mendengarkan, menghargai, hadir sepenuh hati.
Pasangan yang memahami hal ini cenderung lebih kuat menghadapi badai rumah tangga, lebih siap membangun keluarga yang penuh kasih sayang, dan mencetak anak-anak dengan kesehatan emosional yang lebih baik.
Pernikahan adalah perjalanan panjang dan proses belajar panjang yang membutuhkan seni menjaga nada bicara, seni meluangkan waktu, dan seni memaklumi pasangan. Semangat terus ya Moms and Dads dalam membangun rumah tangga yang bahagia sampai akhir hayat!