Cara Mudah Mengasah Skill Berpikir Anak: Gak Ribet, Begini Caranya

Ilustrasi keluarga mengobrol
Sumber :
  • Freepik.com

Parenting – Banyak orang tua senang saat anaknya selalu menjawab “terserah” karena dianggap penurut. Padahal, jawaban “terserah” bisa jadi tanda anak enggan atau malas berpikir atau bisa jadi takut pendapatnya ditolak.

5 Langkah Jitu Orang Tua Membimbing Anak Memilih Jurusan Kuliah

Mengasah kemampuan berpikir anak sejak dini itu penting sekali, bukan hanya untuk perkembangan kognitif, tetapi juga emosionalnya. Kabar baiknya, mengasah skill berpikir anak itu gampang kok, dan bisa dimulai dari aktivitas sederhana sehari-hari seperti ngobrol.

Kenapa Mengasah Kemampuan Berpikir Anak Itu Penting

Menurut American Psychological Association (APA), kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan sejak kecil akan membantu anak menghadapi tekanan sosial, akademik, dan emosional di masa depan. Psikolog perkembangan anak, Dr. Elizabeth Hartley, menyebutkan bahwa anak yang terbiasa berpikir kritis cenderung lebih percaya diri, mudah beradaptasi, dan memiliki keterampilan problem solving yang baik.

Bahaya Jika Anak Terlalu Sering Menjawab “Terserah”

5 Cara Memberikan Pertolongan Pertama saat Keracunan Makanan

  1.   Enggan Mengemukakan Pendapat: Anak mungkin takut ditolak atau merasa tidak dianggap.

  2.   Kurang Terlatih Berpikir Mandiri: Anak jadi jarang mengolah informasi atau mencari solusi.

5 Kunci Pola Asuh agar Anak Tumbuh Aman, Percaya Diri, dan Mudah Berhubungan Sehat

  3.   Rendah Percaya Diri: Terlalu sering ditekan membuat anak menganggap pendapatnya tidak penting.

Menurut Abah Ihsan, pegiat parenting di Indonesia, ngobrol dengan anak bukan sekadar orang tua yang bicara, anak mendengarkan. Yang ideal adalah orang tua bicara dan anak merespons aktif. Jika anak hanya diam, itu bukan ngobrol, tapi ta’lim (searah).

Cara Mengasah Skill Berpikir Anak

1. Ngobrol Sambil Melatih Berpikir Kritis

Ajak anak bicara tentang topik yang mereka sukai atau sedang hangat dibicarakan, seperti film, buku, atau peristiwa terbaru. Tanyakan pendapatnya lalu minta alasannya. Misalnya, “Menurut kamu film itu bagus gak? Kenapa?” atau “Kalau kamu jadi presiden, apa yang akan kamu lakukan?” Tips dari psikolog moms bisa mebuat pertanyaan terbuka memancing anak berpikir lebih dalam dan mengembangkan daya nalar.

2. Selalu Tanyakan Alasan di Balik Jawaban

Saat anak menjawab, moms and dads bisa tanyakan “kenapa?” untuk melatih mereka memberi argumen. Pastikan anak dalam kondisi mood baik agar lebih terbuka.

3. Ngobrol Sambil Belajar Problem Solving

Berikan kasus sederhana lalu minta anak mencari solusinya. Contohnya “Kalau hujan deras dan kita gak bawa payung, apa yang harus kita lakukan?” Aktivitas ini melatih logika sekaligus mengajarkan anak mengatasi masalah dengan bijak.

4. Libatkan Anak dalam Mengambil Keputusan Ringan

Moms bisa tanyakan kepada mereka, misalnya memilih tempat liburan, menentukan menu makanan, atau aktivitas akhir pekan. Setelah anak memilih, mereka harus hargai keputusannya. Hal ini mengajarkan tanggung jawab sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri.

5. Mainkan Game yang Melatih Berpikir

Untuk anak <9 tahun: Show & Tell (anak mengambil benda lalu menjelaskan tentang benda itu).

Untuk anak ≥10 tahun: Feel & Tell (anak mengambil kertas berisi pertanyaan yang harus dijawab).

Tips dari psikolog, games ini melatih imajinasi, keberanian berbicara, dan kemampuan berpikir runtut.

Psikolog anak Prof. Paul Tough (penulis How Children Succeed) menegaskan bahwa pola komunikasi orang tua dan guru yang demokratis dan hangat berperan besar dalam perkembangan kemampuan berpikir anak. Sekolah dan rumah harus menyediakan “ruang aman” bagi anak untuk mengemukakan pendapat tanpa takut dihakimi.

Mengasah kemampuan berpikir anak tidak harus rumit atau mahal. Dengan mengajak ngobrol, memberi pertanyaan terbuka, melatih problem solving, melibatkan anak dalam keputusan, dan bermain game edukatif, kita sudah membantu anak melatih keterampilan berpikir kritis sekaligus percaya diri. Jangan cepat puas jika anak selalu menjawab “terserah”.

Jadikan setiap percakapan sebagai kesempatan melatih otak dan emosinya. Dengan pola komunikasi yang hangat, sabar, dan penuh penghargaan, orang tua dapat mencetak anak-anak yang cerdas, kritis, dan berani menyampaikan pendapatnya.