Strategi Jitu Membentuk Kepercayaan Diri dan Perilaku Positif pada Anak
- freepik.com
Parenting – Membesarkan anak dengan memiliki kepercayaan yang tinggi dan memiliki perilaku yang bak bukanlah hal yang mudah. Bagi para orangtua, hal ini merupakan tantanan yang besar. Pola asuh yang positif, batasan yang konsisten, dan pengembangan keterampilan adalah kuncinya. Mendorong kemandirian, menghargai usaha di atas kemampuan bawaan, dan mencontohkan perilaku yang terhormat sangatlah penting. Membina keterampilan memecahkan masalah, mendorong interaksi sosial, dan memberikan penguatan positif semakin membekali anak untuk sukses dalam hidup.
Dikutip laman Times of India, kepercayaan diri dan perilaku anak dibentuk oleh kombinasi genetika, lingkungan, gaya pengasuhan, dan pengalaman hidup awal. Namun, strategi pengasuhan yang positif, batasan yang konsisten, dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, penuh hormat, dan kompeten secara sosial.
Membesarkan anak yang percaya diri dan berperilaku baik bukanlah tentang kesempurnaan atau kendali yang ketat, melainkan tentang menciptakan lingkungan yang menyeimbangkan kehangatan, struktur, dan kesempatan untuk berkembang. Dengan mendorong kemandirian, menetapkan batasan, memuji usaha, mencontohkan perilaku positif, mendorong pemecahan masalah, mendukung perkembangan sosial-emosional, dan memperkuat perilaku positif, orang tua dapat membekali anak dengan keterampilan, kepercayaan diri, dan ketahanan yang dibutuhkan untuk berkembang di sekolah, hubungan, dan kehidupan.
Berikut tips untuk membantu orang tua menciptakan anak yang percaya diri seperti dikutip laman Times of India:
Dorong kemandirian dan pengambilan keputusan
Membiarkan anak membuat pilihan yang sesuai dengan usianya akan menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan diri. Biarkan anak memilih di antara dua pakaian atau memilih kegiatan ekstrakurikuler yang mereka sukai. Menurut sebuah studi tahun 2000 yang diterbitkan dalam American Psychologist, mendukung otonomi anak memenuhi kebutuhan psikologis dasar, mendorong motivasi intrinsik dan perkembangan yang sehat.
Anda Mungkin Menyukai
Tetapkan batasan yang jelas dan konsisten
Anak-anak akan berkembang ketika mereka memahami harapan dan batasan. Menetapkan batasan mengajarkan anak-anak akuntabilitas sekaligus menyediakan kerangka kerja yang aman untuk mengeksplorasi kemandirian. Sebuah studi tahun 1991 tentang gaya pengasuhan dalam Psikologi Perkembangan menemukan bahwa pola asuh otoriter, yang menggabungkan kehangatan dengan aturan yang jelas, menghasilkan anak-anak dengan harga diri yang lebih tinggi, kompetensi sosial, dan hasil perilaku yang lebih baik.
Puji usaha, bukan hanya prestasi
Sebuah makalah penelitian tahun 2006 dalam Mindset: The New Psychology of Success menyoroti pentingnya memuji usaha, bukan kemampuan bawaan. Berfokus pada usaha mendorong pola pikir berkembang, yang membantu anak-anak memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar, bukan ancaman. Mengatakan "Aku bangga dengan kerja kerasmu dalam teka-teki itu" lebih efektif daripada "Kamu sangat pintar".
Teladani kepercayaan diri dan perilaku hormat
Anak-anak belajar dengan mengamati orang dewasa. Orang tua yang menangani stres dengan tenang, berkomunikasi dengan hormat, dan menunjukkan kepercayaan diri lebih mungkin membesarkan anak-anak yang melakukan hal yang sama. Sebuah studi tahun 1977 dalam Psychological Review menunjukkan bahwa anak-anak meniru perilaku, sikap, dan respons emosional pengasuh.
Dorong pemecahan masalah dan ketahanan
Biarkan anak-anak menghadapi tantangan yang dapat dikelola, alih-alih menyelamatkan mereka dari setiap kesulitan. Orang tua dapat mendukung anak-anak dengan membimbing mereka, mengajukan pertanyaan, dan membantu mereka merenungkan solusi, alih-alih memberikan jawaban langsung. Sebuah studi tahun 2001 tentang ketahanan dalam American Psychologist menunjukkan bahwa mengalami dan mengatasi kegagalan kecil membantu anak-anak mengembangkan keterampilan, ketekunan, dan kepercayaan diri.
Tingkatkan interaksi sosial dan kecerdasan emosional
Anak-anak belajar kepercayaan diri dan pengendalian diri melalui pengalaman sosial. Dorong teman bermain, aktivitas tim, dan diskusi tentang perasaan untuk memperkuat kompetensi sosial dan emosional. Sebuah studi tahun 2003 dalam Education and Development menunjukkan bahwa anak-anak dengan regulasi emosi dan keterampilan sosial yang kuat cenderung memiliki hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya dan lebih sedikit masalah perilaku. Berikan penguatan positif dan umpan balik yang konsisten
Memberikan penguatan pada perilaku yang diinginkan mendorong pengulangan. Memuji perilaku sopan, kerja sama, atau ketekunan membantu anak memahami perilaku mana yang dihargai dan diharapkan. Umpan balik yang konsisten juga memberikan struktur dan kejelasan, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kepercayaan diri. Menurut sebuah studi tahun 1938 dalam The Behavior of Organisms, penguatan positif meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulang.