Kenali 5 Love Language Anak & Cara Mengisinya agar Emosinya Stabil

Ilustrasi Love Language
Sumber :
  • Freepik.com

Parenting – Setiap anak memiliki “tangki cinta” ini adalah sebuah istilah populer yang menggambarkan kebutuhan emosional anak terhadap kasih sayang orang tua. Jika tangki cinta ini kosong, anak bisa menunjukkan perilaku negatif seperti mudah marah, memukul, atau menarik diri. Menurut psikolog anak, Dr. Henny Kartasasmita (psikolog perkembangan), mengisi tangki cinta anak sesuai kebutuhan emosionalnya adalah kunci membentuk pribadi yang percaya diri, hangat, dan berperilaku positif.

8 Rahasia Jadi Ayah Idaman Bagi Anak Perempuan

Salah satu pendekatan efektif adalah mengenali love language anak adalah sentuhan fisik, kata-kata afirmasi, waktu berkualitas, hadiah, dan pelayanan.

Artikel ini akan membahas tanda-tanda tangki cinta anak kosong dan cara mengisinya sesuai love language mereka.

1. Anak Suka Memukul – Isi Tangki dengan Sentuhan Fisik (Physical Touch)

Anak Kurang Kasih Sayang, saat Dewasa Jadi Suka Cari Perhatian (Caper), ko Bisa?

Jika anak sering memukul atau agresif secara fisik, bisa jadi dia sebenarnya butuh sentuhan penuh kasih. Pelukan, usapan lembut, atau ciuman sayang membantu anak merasa aman. Menurut psikolog, anak dengan love language sentuhan fisik lebih mudah tenang ketika disentuh, bukan hanya diberi nasihat. Misalnya, memeluk anak setelah dia marah, mengelus rambutnya, atau menggandeng tangannya.

2. Anak Suka Mengejek – Isi Tangki dengan Kata-Kata Afirmasi (Words of Affirmation)

 

Saat Ayah dan Ibu Mesra, Anak Juga Belajar Mencinta

Anak yang suka mengejek teman atau orang lain sering kali haus akan validasi positif. Pujian yang tulus, kata-kata penyemangat, dan apresiasi sederhana akan memenuhi kebutuhan mereka. Psikolog anak menekankan pentingnya “menyapa dengan positif” setiap kali anak melakukan hal baik.

Contoh: “Bunda bangga kamu sudah mau berbagi,” atau “Wah, kamu hebat sekali menggambar.”

3. Anak Suka Ngambek – Isi Tangki dengan Waktu Berkualitas (Quality Time)

Ngambek bisa jadi tanda anak merasa kurang diperhatikan. Anak dengan love language waktu berkualitas sangat butuh kehadiran orang tua secara penuh. Sisihkan waktu 10–15 menit tanpa gadget, hanya fokus bermain atau ngobrol dengan anak. Menurut psikolog, quality time membantu anak merasa berharga dan meningkatkan ikatan emosional.

4. Anak Tidak Suka Berbagi – Isi Tangki dengan Memberi Hadiah (Receiving Gift)

 

Sikap tidak mau berbagi sering kali muncul ketika anak belum merasa “cukup” secara emosional. Bukan berarti anak harus selalu diberi barang mahal, tetapi hadiah kecil dan bermakna bisa menunjukkan cinta. Misalnya, memberi stiker favoritnya setelah ia mau berbagi mainan. Psikolog menjelaskan hadiah bukan sekadar benda, melainkan simbol kepedulian orang tua yang anak rasakan.

5. Anak Suka Berteriak – Isi Tangki dengan Pelayanan (Act of Service)

 

Anak yang sering berteriak bisa jadi merasa tidak diperhatikan kebutuhannya. Love language mereka adalah pelayanan yaitu perlakuan baik, bantuan nyata, atau perhatian terhadap detail kecil. Contohnya, membantunya merapikan tas sekolah sambil mengobrol hangat, atau menyiapkan sarapan kesukaannya. Psikolog anak menegaskan bahwa pelayanan yang konsisten membuat anak merasa dicintai dan dipahami.

Mengisi tangki cinta anak bukanlah tugas instan, melainkan proses berulang. Dengan mengenali love language anak dan menerapkannya secara konsisten, orang tua dapat membantu anak mengelola emosi, memperbaiki perilaku negatif, dan membentuk ikatan emosional yang sehat.

Psikolog anak menyarankan agar orang tua tidak hanya fokus pada perilaku “luar” anak, tetapi juga pada akar kebutuhannya. Ingat ya Moms & Dads anak yang merasa dicintai secara penuh akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih pula.