Kenapa Kakak dan Adik Sering Berantem? Ini Penyebab dan Cara Bijak Menghadapinya
- Freepik.com
Parenting –Hampir semua orang tua pernah menyaksikan pemandangan yang sama di rumah seperti kakak dan adik yang saling berebut mainan, adu mulut, bahkan tidak jarang sampai menangis bersama. Pertengkaran antara saudara kandung memang hal yang wajar, tetapi bila dibiarkan terus-menerus tanpa arahan, bisa menimbulkan rasa iri, dendam, atau bahkan hubungan yang renggang di masa depan.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua memahami penyebab di balik konflik kakak-adik, sekaligus cara yang tepat untuk menanganinya. Ada beberapa faktor yang membuat pertengkaran antar saudara kandung kerap terjadi di rumah:
1. Persaingan Perhatian Orang Tua
Anak-anak, terutama di usia dini, cenderung ingin menjadi pusat perhatian. Kakak bisa merasa tersisih setelah adik lahir, sementara adik ingin menyaingi kakak yang dianggap lebih "senior".
2. Perbedaan Usia dan Tahap Perkembangan
Kakak mungkin sudah bisa berpikir lebih rasional, sementara adik masih emosional. Perbedaan cara berpikir ini sering menimbulkan salah paham
3. Rebutan Mainan atau Ruang Pribadi
Konflik paling umum biasanya muncul dari hal sepele seperti berebut mainan, remote TV, atau bahkan tempat duduk favorit di rumah.
4. Belum Paham Cara Mengelola Emosi
Anak-anak masih belajar tentang emosi. Mereka belum tahu cara menyampaikan marah, kecewa, atau iri dengan sehat sehingga melampiaskannya lewat pertengkaran.
5. Pola Asuh Orang Tua
Tanpa sadar, orang tua bisa memicu persaingan dengan sering membanding-bandingkan kakak dan adik, misalnya “Lihat tuh kakak lebih rajin daripada kamu”.
Dilansir dari buku Peaceful Parent, Happy Siblings, "Pertengkaran antar saudara sebenarnya adalah kesempatan anak-anak untuk berlatih keterampilan hidup, seperti bernegosiasi, mengendalikan emosi, hingga memahami perspektif orang lain."
Bagaimana Cara Menanganinya?
Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan orang tua agar konflik antar saudara tidak menjadi kebiasaan buruk:
1. Bersikap Adil, Bukan Sama Rata
Keadilan tidak selalu berarti sama. Kakak dan adik punya kebutuhan berbeda sesuai usia. Orang tua perlu bijak dalam membagi perhatian dan tanggung jawab.
2. Ajarkan Cara Mengelola Emosi
Bantu anak memahami perasaannya. Misalnya dengan berkata, “Kamu kesal karena mainanmu diambil adik ya? Coba bilang baik-baik.”
3. Tidak Selalu Jadi Hakim
Hindari terlalu sering menyalahkan salah satu pihak. Biarkan anak belajar menyelesaikan masalahnya sendiri, kecuali jika pertengkaran sudah membahayakan.
4. Tetapkan Aturan di Rumah
Misalnya, “Mainan harus bergantian,” atau “Tidak boleh teriak-teriak.” Aturan yang konsisten membuat anak lebih mudah memahami batasan.
5. Berikan Waktu Khusus untuk Masing-Masing Anak
Luangkan waktu berdua dengan kakak, dan di lain kesempatan dengan adik. Hal ini membuat mereka merasa diperhatikan secara pribadi.
6. Jadwalkan Aktivitas yang Melibatkan Kerjasama
Seperti permainan tim, membantu pekerjaan rumah bersama, atau membuat karya seni bareng. Aktivitas ini membangun rasa kebersamaan.
Psikolog keluarga juga menekankan bahwa "Saat orang tua bersikap konsisten dan adil, anak-anak akan merasa aman, sehingga pertengkaran yang muncul tidak lagi soal berebut perhatian, tetapi lebih pada belajar bekerja sama."
Pertengkaran kakak dan adik adalah bagian alami dari tumbuh kembang anak. Dari konflik kecil itulah mereka belajar berbagi, bernegosiasi, hingga memahami perbedaan. Namun, orang tua tetap memiliki peran penting sebagai pendamping, bukan sebagai wasit yang selalu menentukan siapa yang salah. Dengan komunikasi yang hangat, aturan yang jelas, serta perhatian yang seimbang, pertengkaran di rumah bisa berubah menjadi momen belajar yang berharga. Pada akhirnya, kedekatan kakak dan adik yang terbentuk sejak kecil akan menjadi modal kuat bagi hubungan mereka hingga dewasa.