Jangan Diremehkan, 5 Kebiasaan Ini Bisa Hancurkan Mental Anak Sejak Dini
- Freepik.com
Parenting –Moms & Dads, setiap orang tua tentu ingin anaknya tumbuh jadi pribadi yang kuat, bahagia, dan percaya diri. Tapi tanpa disadari, ada kebiasaan kecil yang sering kita lakukan justru bisa melukai hati dan merusak mental anak.
Psikolog anak, Seto Mulyadi (Kak Seto), pernah mengatakan bahwa pola asuh yang kasar atau penuh tekanan dapat meninggalkan luka batin jangka panjang pada anak, bahkan hingga dewasa. Maka dari itu, penting sekali bagi orang tua memahami apa saja sikap yang sebaiknya dihindari agar anak tumbuh dengan mental yang sehat.
1. Membentak dengan Nada Tinggi
Mungkin maksudnya menegur agar anak nurut, tapi menurut psikolog anak, membentak dengan suara tinggi hanya membuat anak takut, bukan sadar. Anak yang sering dibentak akan merasa tidak aman, minder, bahkan bisa meniru cara komunikasi kasar itu di kemudian hari.
Dampak jangka panjangnya, anak berisiko depresi dan gangguan kecemasan meningkat, bahkan kemampuan pngendalian emosi lemah hingga dewasa.
2. Merendahkan dan Mengkritik Berlebihan
Kalimat seperti, “Kamu tuh selalu salah!” atau “Kenapa sih nggak bisa kayak kakakmu?” bisa menancap dalam di hati anak. Menurut psikolog, kritik berlebihan tanpa solusi membuat anak merasa tidak berharga. Jika terus-menerus dilakukan, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan ragu pada kemampuannya sendiri.
Dampak jangka panjangnya anak akan menarik diri, takut mencoba hal baru, merasa diri rendh hingga pola hubungan toksik di usia dewasa
3. Tidak Memberi Rasa Aman Emosional
Rasa aman emosional berarti anak tahu bahwa apapun yang terjadi, orang tuanya selalu ada untuk mendukung dan melindungi. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP, 2021), anak yang tidak mendapat rasa aman cenderung tumbuh dengan kecemasan tinggi, sulit percaya pada orang lain, dan mudah merasa sendirian.
Jadi, hadir secara emosional sama pentingnya dengan hadir secara fisik. Dampaknya, pertumbuhan otak lambat, kesulitan membangun kepercayaan dan ikatan emosional
4. Membandingkan dan Menuntut Sempurna
“Lihat tuh, si A ranking 1, masa kamu nggak bisa?” hal ini kedengarannya sepele, tapi menurut Psikolog Elizabeth Santosa, M.Psi., Psi., kebiasaan membandingkan justru menghancurkan konsep diri anak. Anak jadi merasa dirinya tidak cukup baik, terus-terusan mengejar standar orang lain, bahkan bisa mengalami stres akademik. Padahal, setiap anak punya keunikan dan kecepatannya masing-masing.
Dampaknya, anak akan cemas berlebihan, takut gagal dan rentan gangguan makan atau kelak akan mengejar validasi orang lain
5. Mengabaikan Apresiasi dan Kasih Sayang
Pujian dan pelukan sederhana punya efek luar biasa. Anak yang jarang diapresiasi akan merasa usahanya sia-sia. Menurut Dr. Carol Dweck, profesor psikologi di Stanford University, apresiasi yang tulus dapat menumbuhkan growth mindset, yaitu keyakinan bahwa dirinya bisa terus belajar dan berkembang.
Sebaliknya, jika kasih sayang diabaikan, anak bisa tumbuh kering secara emosional dan mencari validasi di luar keluarga dengan cara yang tidak sehat, sulit memebentuk empati dan anak sulit percaya kepada orang lain
Moms & Dads, kelima hal di atas mungkin sering dilakukan tanpa sadar dalam keseharian. Tapi ingat, setiap kata dan sikap kita adalah “jejak” yang akan diingat anak seumur hidup. Mental anak ibarat kaca, sekali retak akan sulit kembali utuh. Maka, alih-alih membentak, mari belajar bicara dengan tenang.
Yuk mulai dari sekarang berhenti membandingkan, mari menghargai usaha anak. Dan yang paling penting, jangan pelit kasih sayang. Dengan begitu, anak bisa tumbuh jadi pribadi yang kuat, bahagia, dan percaya diri.