Belajar dari Kasus Tragis: Kenali Jenis-Jenis Cacing Parasit yang Berbahaya Bagi Manusia
- Pixabay/ Eukalyptus
Parenting – Baru-baru ini warga Indonesia digemparkan dengan pemberitaan kasus balita meninggal karena ditemukan satu kilo cacing bersarang di tubuh kecilnya. Berkaca dari kasus tersebut, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Riyadi menjadi salah satu pembicara dalam seminar media dengan topik 'Dampak Cacingan Pada Anak' melalui daring, Jumat 22 Agustus 2025.
Menurutnya, ada tiga jenis cacing yang sering ditemukan atau bersarang di tubuh manusia. Seperti cacing pita (cestoda), cacing gelang (nematoda), dan cacing isap (trematoda).
"Cacing pita merupakan salah satu jenis cacing parasit. Cacing ini juga memiliki nama lain, yaitu cestodes. Selain itu, cacing ini memiliki bentuk yang menyerupai pita dan memiliki ruas- ruas. Pada saat dewasa, cacing ini bisa mencapai 25 meter dan bisa hidup sampai 30 tahun," ujarnya.
dr Riyadi yang saat ini bertugas di RSUP Hasan Sadikin Bandung juga menjelaskan, cacing lainnya yang suka hidup di dalam tubuh manusia yaitu cacing gelang, merupakan organisme kecil yang dapat hidup di usus anda, yang merupakan bagian dari sistem pencernaan. Cacing gelang dapat hidup di usus manusia untuk waktu yang lama. Cacing ini dapat berbahaya dan menyebabkan banyak masalah, termasuk sakit perut, demam, dan diare, jika tidak ditangani secara serius.
"Cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang menimbulkan gejala klinis. Jika terdapat gejala klinis, biasanya yaitu mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi, lesu, tidak bergairah dan kurang konsentrasi. Pada anak, infeksi kronis dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan akibat dari penurunan nafsu makan, terganggunya proses pencernaan dan malabsorbsi," terangnya.
Efek yang serius, lanjutnya, terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstrukso usus (ileus). Jika masuk ke lumen usus buntu, dapat menimbulkan apendisitis (radang usus buntu) akut atau gangren. Lalu, jika masuk dan menyumbat saluran empedu dapat terjadi kolik, kolesistitis (radang kantong empedu), kolangitis (radang saluran empedu), pangkreatitis dan abses hati.
"Selain bermigrasi ke organ, cacing dewasa juga dapat bermigrasi keluar melalui anus, mulut atau hidung. Cacing ini juga yang bersemayam di tubuh balita asal Sukabumi yang meninggal," katanya.
Terakhir adalah cacing isap atau trematoda karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior dengan fungsi
untuk menempel pada tubuh inangnya.
Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh. Dengan demikian maka cacing isap merupakan hewan parasit
karena merugikan. Cacing isap dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus,
paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan dan manusia.
"Cacing ini bisa menyebabkan seseorang anemia. Karena dia menyerap dan menghisap darah. Patut diwaspadai jika ada ibu hamil yang wajahnya pucat, lemah, lesu, tidak bersemangat, perlu adanya pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan bayi di dalam kandunganannya tidak terinfeksi," pungkasnya.