Lindungi Anak dari Bahaya Rokok: Dua Cara Ayah Bisa Berhenti Mulai Sekarang
- freepik.com
Parenting – Setiap ayah tentu ingin menjadi pelindung bagi keluarganya. Namun, fakta menunjukkan bahwa sekitar 73% laki-laki di Indonesia merokok, termasuk di depan anak-anak. Kehadiran rokok elektrik (vape) di era modern juga semakin menambahkan kebiasaan ini bahkan sampai ke anak remaja dengan dalih “lebih aman” padahal risikonya tetap ada.
Padahal, penelitian telah berulang kali menyatakan bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok, baik aktif maupun pasif, menghadapi risiko kesehatan serius hingga kematian mendadak. Ada kalanya kita bertanya, “Mengapa seorang ayah tetap tega merokok di depan anak, padahal dia tahu bahayanya?”
Ada kalanya kita bertanya, “Mengapa seorang ayah tetap tega merokok di depan anak, padahal dia tahu bahayanya?” Artikel ini hadir untuk mengupas jawaban atas pertanyaan tersebut dan menawarkan solusi nyata.
Bahaya Asap Rokok bagi Anak (Termasuk Vape)
Menurut WHO, paparan secondhand smoke (SHS) menyebabkan risiko tinggi untuk SIDS (Sudden Infant Death Syndrome), infeksi saluran napas bawah, infeksi telinga, serta asma yang lebih parah. Paparan ini juga meningkatkan risiko bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, serta cacat lahir World Health Organization.
Data Kemenkes RI menyebut, paparan asap rokok pada anak dapat meningkatkan risiko SIDS hingga tiga kali lipat, serta menyebabkan gangguan perkembangan paru, infeksi telinga, gangguan pertumbuhan, dan stunting.
Sebuah penelitian di Indonesia menemukan balita yang tinggal dengan perokok kehilangan berat sekitar 1,5 kg lebih sedikit, serta stunting menjadi lebih mudah terjadi. Beberapa penelitian bahkan mencatat adanya kasus anak meninggal karena komplikasi akibat paparan asap rokok orang tuanya.
Ilustrasi anak sakit pernapasan
- freepik.com
Mengapa Ayah Sulit Berhenti Merokok?
Ada beberapa alasan yang membuat seorang ayah masih sulit berhenti, meski sudah tahu bahaya rokok:
- Ketergantungan nikotin: rokok mengikat otak sehingga menimbulkan rasa candu.
- Stres dan tekanan hidup: banyak ayah merasa rokok adalah “pelarian” untuk menenangkan diri setelah lelahnya bekerja
- Lingkungan sosial: punya banyak teman perokok membuat berhenti terasa sulit.
- Kurangnya kesadaran: sebagian masih menganggap bahwa merokok hanya merusak diri sendiri, padahal keluarga ikut terdampak.
Dua Strategi Efektif untuk Berhenti Merokok
Ada dua strategi yang bisa dipilih:
- Berhenti Seketika (Cold Turkey)
But komitmen yang kuat bahwa hari ini Dads akan berhenti merokok, tanpa mengurangi bertahap. Buang semua rokok, korek, vape, dan benda terkait. Dads juga bisa meminta dukungan dan doa dari istri tercinta
- Berhenti Secara Bertahap
Dads bisa melakukan dengan cara kurangi jumlah batang rokok setiap hari. Biasakan tidak merokok sama sekali di rumah. Semakin sedikit, hingga akhirnya tidak merokok lagi.
Alternatif Sehat Pengganti Rokok
Banyak para Dads merokok karena mencari sensasi tertentu, padahal bisa diganti dengan hal yang lebih sehat:
- Rokok merilis adrenalin bisa ganti dengan minum kopi hitam.
- Rokok merilis serotonin untuk rileks bisa ganti dengan bermain bersama anak dan menonton tv atau sekedar mencari angin di halaman belakang rumah.
- Rokok merilis dopamin untuk bahagia dads bisa ganti dengan mendengarkan musik favorit.
Hidup memang penuh stres, terutama bagi seorang ayah yang memikul tanggung jawab besar. Namun, ada banyak cara sehat untuk melepas stres tanpa harus membahayakan kesehatan diri sendiri dan orang tersayang. Merokok di depan anak bukan hanya soal kebiasaan, tapi soal tanggung jawab sebagai ayah. Asap rokok adalah racun yang perlahan-lahan merusak kesehatan buah hati, bahkan bisa merenggut nyawa mereka.
Jika benar-benar mencintai keluarga, maka langkah terbaik yang bisa dilakukan seorang ayah adalah berhenti merokok. Entah secara mendadak atau bertahap, yang terpenting adalah keberanian untuk memutus rantai kebiasaan ini. Ingatlah dads, ada pelukan hangat anak yang menunggu, ada senyum istri yang berharap, dan ada masa depan keluarga yang harus dijaga.
Berhenti merokok bukan sekadar keputusan pribadi, melainkan hadiah terbesar bagi keluarga.