Anak Tantrum Karena Tak Dibelikan Mainan? Jangan Panik Moms, Ini Kunci Menghadapainya!
- freepik.com
Parenting – Siapa yang tidak pernah menghadapi momen ketika anak tiba-tiba menangis kencang, berguling di lantai, atau bahkan berteriak-teriak karena tidak dibelikan mainan? Bagi banyak orangtua, situasi ini bisa terasa memalukan, membingungkan, dan melelahkan, apalagi jika terjadi di tempat umum. Tapi tenang, Moms & Dads. Tantrum bukan tanda anak “nakal” atau anak "sulit diatur" melainkan sinyal bahwa anak sedang kesulitan mengelola emosi kecewa dan belum tahu cara mengekspresikannya secara tepat. Di sinilah peran orangtua sangat penting, bukan untuk memarahi atau langsung menyerah pada keinginan anak, tetapi untuk membantu anak belajar mengatur emosinya (regulasi emosi).
ilustrasi anak menangis
- freepik.com
Tantrum itu wajar artinya anak belum bisa menerima "TIDAK" tanpa reaksi besar. Menurut dr. Ahmad Fachrurrozi, Sp.A, S.Psi., M.Psi., M.Sc., MMRS., CIMI., CBS, seorang dokter anak sekaligus psikolog, tantrum adalah bagian dari perkembangan emosi anak. Anak kecil belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola kekecewaan. Maka dari itu, penolakan seperti “nggak boleh beli mainan hari ini” bisa memicu reaksi emosional yang besar. Namun, di balik drama tangisan itu, sebenarnya ada kesempatan emas untuk mengajarkan anak keterampilan penting dalam hidup yaitu mengelola kekecewaan. Ini beberapa cara yang Moms bisa lakukan jika anak sedang tantrum
1. Tetap Tenang
Respon orangtua sangat memengaruhi situasi. Jika Moms ikut marah, maka tantrum anak juga bisa semakin parah. Tarik napas dalam, kendalikan emosi, dan hadapi anak dengan sabar.
2. Jangan Langsung Dikabulkan
Memang rasanya lebih mudah untuk segera membelikan mainan agar anak berhenti menangis. Tapi hati-hati, ini justru akan membentuk pola pikir negatif pada anak: “Kalau aku nangis, aku akan mendapatkan apa yang aku mau.” Memberi hadiah di tengah tantrum bukan solusi, tapi memperkuat perilaku tantrum sebagai alat manipulasi. Dalam jangka panjang, anak bisa jadi tidak belajar cara menghadapi penolakan dan akan terus menuntut lebih.