Mengapa Anak Sulit Diatur? Ternyata Sumbernya dari Orang Tua yang Tidak Konsisten
- freepik.com
Parenting – Pernah merasa anak sulit diatur, sering membantah, atau tampak bingung dengan aturan? Banyak orang tua langsung menilai anak “nakal” atau “bandel.” Padahal, menurut psikologi perkembangan, perilaku anak yang sulit diatur sering kali bukan bawaan lahir semata, melainkan cerminan pola asuh di rumah. Salah satu faktor yang sering terabaikan adalah konsistensi orang tua.
1. Anak Belajar dari Lingkungan Terdekat
Anak adalah peniru ulung. Mereka belajar dari perilaku, sikap, dan pola interaksi yang terjadi di rumah. Jika orang tua sering berubah-ubah aturan, hukuman, atau respon terhadap perilaku anak, anak akan sulit memahami batasan mana yang benar dan mana yang salah.
2. Dampak Ketidakonsistenan Orang Tua
Ketidakonsistenan orang tua bisa berupa:
- Hari ini melarang, besok membolehkan hal yang sama.
- Kadang memarahi anak, kadang membiarkan perilaku yang sama.
- Memberikan janji lalu tidak ditepati.
Akibatnya, anak menjadi bingung mana perilaku yang diterima, mana yang tidak. Serta anak belajar bahwa aturan bisa dinegosiasi. Selain itu anak kehilangan rasa aman emosional karena merasa tidak tahu reaksi orang tua berikutnya.
3. Psikologi Perkembangan tentang Konsistensi
Menurut teori attachment (keterikatan) dan social learning, anak akan lebih mudah membentuk perilaku positif bila mendapat pola pengasuhan yang konsisten. Konsistensi membantu anak merasa aman, memahami ekspektasi, dan belajar mengendalikan diri.
Santrock (2019) dalam Life-Span Development juga menyebut bahwa keteraturan dan konsistensi orang tua adalah fondasi disiplin yang sehat.
4. Tips untuk Orang Tua Agar Lebih Konsisten
- Buat aturan yang jelas & sederhana. Anak lebih mudah mengikuti aturan yang singkat dan spesifik.
- Sepakati aturan dengan pasangan. Pastikan ayah dan ibu punya pandangan sama soal disiplin.
- Tegas namun hangat. Konsistensi bukan berarti keras, tetapi tetap ramah dan penuh kasih.
- Tepati janji & konsekuensi. Jika sudah mengatakan “kalau A maka B,” lakukan sesuai janji supaya anak belajar percaya.
- Evaluasi aturan secara berkala. Jika aturan butuh penyesuaian, komunikasikan perubahan dengan jelas pada anak.
5. Manfaat Konsistensi bagi Anak
- Anak merasa aman dan dihargai.
- Anak memahami konsekuensi setiap perilaku.
- Anak belajar mengatur diri dan disiplin sejak dini.
- Hubungan orang tua dan anak menjadi lebih positif dan penuh kepercayaan.
Anak yang sulit diatur sering kali bukan karena mereka “bandel” atau “tidak nurut,” melainkan karena mereka sedang merespons lingkungan yang tidak konsisten. Orang tua adalah role model pertama dalam memberikan contoh disiplin, ketegasan, sekaligus kasih sayang. Dengan menerapkan pola asuh yang konsisten yakni aturan jelas, konsekuensi tegas namun hangat maka anak akan tumbuh lebih percaya diri, disiplin, dan mudah diarahkan. Ingat, konsistensi kecil yang dilakukan setiap hari jauh lebih kuat efeknya dibanding hukuman yang sesekali diberikan.