Rahasia Tumbuh Kembang Optimal: Jauhkan Screen Time dari Anak di Bawah 2 Tahun
- Freepik.com
Parenting – Di era digital saat ini, gadget semakin mudah diakses, bahkan oleh bayi dan balita. Banyak orang tua merasa bahwa menyalakan video atau aplikasi anak-anak bisa menjadi cara praktis untuk “menenangkan” atau “menghibur” si kecil agar selalu "anteng". Namun, sejumlah penelitian dan panduan kesehatan anak menyatakan bahwa paparan layar terlalu dini dan berlebihan berpotensi menimbulkan dampak negatif serius terhadap perkembangan anak.
Karena itu, penting sekali bagi orang tua, pengasuh, dan masyarakat luas untuk memahami alasan-alasan kuat mengapa anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya nyaris tidak diberikan screen time (kecuali dalam konteks video call). Artikel ini menguraikan tiga alasan utama berdasar bukti ilmiah, serta rekomendasi praktis untuk menggantikan penggunaan layar dengan aktivitas yang lebih sehat bagi tumbuh kembang anak.
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan (Bahasa, Sosial, Emosi, dan Kognitif)
Penelitian terkini menunjukkan bahwa semakin dini dan sering anak dipaparkan layar, semakin tinggi risiko ia mengalami keterlambatan bicara, masalah fokus dan perhatian, kesulitan dalam regulasi emosi, serta hambatan dalam imajinasi dan empati.
Contohnya, dalam studi terhadap anak usia 1 tahun menemukan bahwa paparan layar lebih banyak berkaitan dengan keterlambatan perkembangan dalam domain komunikasi dan pemecahan masalah (problem-solving) ketika anak mencapai usia 2 dan 4 tahun.
Sebagai ilustrasi mekanisme yaitu layar pasif (video, animasi) tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk merespon, bertanya, atau berinteraksi. Padahal perkembangan bahasa dan sosial sangat tergantung pada interaksi dua arah nyata (percakapan, ekspresi wajah, menunggu giliran).
Paparan layar juga bisa “menggeser” waktu bermain dengan teman sebaya atau bermain fisik, yang sejatinya sangat penting dalam merangsang perkembangan sosial dan motorik. Dalam satu penelitian, meningkatnya screen time pada usia 1–3 tahun dikaitkan dengan berkurangnya waktu bermain interaksi bersama teman (peer play), yang secara tidak langsung memicu keterlambatan perkembangan.
Laporan review menyebut bahwa paparan televisi latar (background television) pun dapat berdampak buruk terhadap penggunaan bahasa anak, karena kehadiran televisi membuat orang tua berbicara lebih sedikit atau menjadi lebih pasif dalam interaksi.
American Academy of Pediatrics (AAP), merekomendasikan agar anak di bawah usia 2 tahun dihindarkan dari screen time (kecuali video chat) karena kurangnya bukti manfaat dan potensi kerugian terhadap perkembangan kognitif dan bahasa. Anak di bawah 2 tahun lebih rentan terhadap kerugian dalam domain bahasa, sosial, emosi, dan kognitif jika terlalu sering terpapar layar. Waktu layar yang lebih singkat atau dihindari sama sekali akan mengurangi risiko keterlambatan
2. Pengaruh Negatif Terhadap Pertumbuhan Fisik
Salah satu efek paling nyata ketika anak terlalu banyak menonton layar adalah menurunnya aktivitas fisik. Anak lebih cenderung diam “anteng” ketika diberikan tontonan gadget, sehingga energi yang dikeluarkan jauh lebih sedikit dibanding kalau mereka bermain aktif.
Akibatnya, otot dan massa tulang mungkin tidak terlatih secara optimal pada masa penting pertumbuhan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berkontribusi pada kondisi seperti kelemahan otot, obesitas, dan daya tahan tubuh yang menurun.
Penelitian lintas seksional menunjukkan bahwa paparan layar yang lama berkaitan dengan penurunan kegiatan fisik dan peningkatan kecenderungan obesitas khususnya pada anak-anak yang hidupnya lebih banyak di dalam rumah.
Dalam kajian “displacement of peer play by screen time”, ditemukan bahwa waktu layar dapat menggantikan waktu bermain aktif, yang kemudian diasosiasikan dengan risiko perkembangan motorik yang lebih rendah. Nature
Selain itu, gangguan pada zona motorik kasar dan koordinasi bisa muncul jika anak tidak cukup bergerak. Studi mengenai hubungan screen time dan motorik kasar menunjukkan adanya korelasi negatif, serta kemungkinan gangguan postur tubuh jika eksposur layar terlalu tinggi.
Screen time berlebihan bagi bayi dan balita bisa menghambat pertumbuhan fisik ideal melalui penurunan aktivitas, kurangnya latihan otot & tulang, dan peningkatan risiko obesitas atau masalah kesehatan jangka panjang.
3. Anak di bawah 2 Tahun Memerlukan Interaksi Dua Aktif dan Positif
Perkembangan awal anak sangat bergantung pada interaksi langsung antara bayi/balita dan ibunya.kontak mata, percakapan, ekspresi wajah, sentuhan lembut, tanggapan terhadap reaksi anak, dan bermain bersama.
Jika anak dibiasakan menonton layar terlalu dini, banyak kesempatan berharga hilang seperti ;
- Kontak bicara dengan lawan bicara yakni anak tidak mendapat pengalaman merespon pertanyaan, memunculkan kosakata, atau memperluas pemahaman bahasa.
- Mengenal ekspresi wajah secara real jika di layar ekspresi sering statis atau terlalu cepat berubah, sehingga anak sulit belajar membaca emosi orang lain secara riil.
- Bermain bersama dan bergiliran adalah permainan sederhana (bergiliran melempar bola, menyusun balok) melatih kemampuan sosial, kesabaran, dan kerja sama.
- Dibacakan buku ada aktivitas mendongeng atau membacakan buku penting untuk memperkaya kosakata, memperkuat ikatan anak-orang tua, serta merangsang imajinasi dan daya pikir.
Frasa populer di kalangan pegiat parenting menyatakan: “babies need humans, not screens” artinya bayi membutuhkan manusia sebagai objek interaksi utama, bukan benda elektronik.
Satu pengecualian diterima oleh banyak panduan kesehatan yaitu anak di bawah 2 tahun boleh diberikan screen time hanya untuk video call dengan manusia (kakek, nenek, kerabat jauh). Alasannya karena dalam video call, anak tetap terlibat dalam percakapan dua arah mereka bertanya, mendengar jawaban, melihat ekspresi wajah yang nyata dan hal ini mendukung perkembangan sosial dan bahasa mereka. A
Video call juga membantu menjaga kedekatan emosional anak dengan keluarga yang jauh, tanpa menggantikan interaksi fisik langsung. Interaksi dua arah positif adalah kebutuhan dasar anak di bawah 2 tahun. Layar menggantikan aktivitas ini dan mengurangi kesempatan belajar dari manusia.